PERIHAL PATAH HATI TERSELUBUNG SALAH PAHAM

PERIHAL PATAH HATI TERSELUBUNG SALAH PAHAM

Oleh : Mata Langit

Puisi ini di dedikasikan dalam peristiwa yang telah dialami dan di ceritakan oleh ananda Dina Putri



Ketika itu, semesta mempertemukan kita dengan cara yang sederhana

Tanpa sengaja dan tanpa perantara

Semua mengalir begitu saja

Saling sapa dalam canda dan juga tak saling kenal


Nyatanya sebuah hubungan antara dua orang itu tak cukup dengan kata ''nyaman''

Harus bisa mengendalikan ego masing-masing

Karena disaat kita sudah siap berkomitmen

Maka kita harus siap dengan segala hal buruk yang pasti terjadi


Komunikasi yang baik adalah hal utama dalam sebuah hubungan

Sesederhana apapun itu kabar dan tanya, akan menjadi sebuah penantian

Tidak harus dicari dahulu, tidak harus mengalah dulu, dan tidak harus hanya diam menanti diberi kabar

Tidak egois dan gengsi hanya untuk memulai, mana yang sempat dahulu berkabar


Seiring berjalanya sebuah hubungan pasti akan menemu titik jenuh atau bosan

Hal ini yang kerap kali menghancurkan hubungan yang awalnya baik-baik saja

Sekecil apapun itu masalah atau beban, bicarakan dengan bijak dan selesaikan bersama

Utamakan niat tulus dan serius untuk berjuang bersama-sama


Marah saja jika itu perlu, katakan saja jika itu harus, lakukan saja jika itu yang benar

Jangan diam, sebab aku tak pernah mengerti di kala diammu

Aku tak tahu inginmu, sebab kamu terus berkata "biarkan saja"

Aku ini manusia, bukan Tuhan


Dari itu bisakah kamu ungkapan semua yang kamu rasa?

Bisakah kamu ungkapan apa yang kamu inginkan?

Sebab percaya dan jujur itu perlu

Karena hubungan antara dua orang itu ada dua pihak yang turut andil, bukan hanya kamu atau hanya aku saja, melainkan kita, aku dan kamu


Tajamnya kata-kata yang terucap

Berhasil menemukan tempat paling sembunyi milik hati

Yang mendadak amnesia lepas rasa

Mendadak hilang percaya sampai hampir menyuguh asing diantara kita


Tidak ada yang bisa menjelaskan serumit apa kita sekarang

Selain kabar yang tak cepat datang

Atau jenaka tatkala malam hanya setumpuk prasangka Yang mampu mencipta tangis tiba-tiba


Kembali teringat, sepintas kenang yang tak ingin aku ingat

Ketika harapan yang harus pupus, tergerus genggaman kecewa

Mengikis perlahan rasa yang dulu selalu aku jaga

Lalu pelan-pelan memudar hingga tiada lagi yang tersisa


Sekejam itukah ilusimu duhai cinta...?

Awal yang indah hingga akhirnya meninggalkan luka Menghempas sang perindu pada jurang kepedihan Menggurat hati yang tulus dengan pisau pengkhianatan


Sampai aku muak dan memilih untuk menjalani dengan semestinya

Rupanya cukup menyenangkan untuk disesap pahitnya

Tidak ada lagi amarah yang menyelinap

Apalagi sesak yang menuruti rasa tidak terima dalam benak


Melenggang sebagaimana mestinya, meluruh dengan sunyi-sunyi yang nyata

Menata tanpa derai air mata, kuharap mampu menebas perih-perih di sanubari

Lalu menanggalkan seluk beluk lara

Tanpa ada niatan untuk kembali mengungkitnya


Hari-hari yang berhasil dilalui bukan sekedar tentang bergantinya siang ke malam atau sebaliknya

Namun ada perjalanan waktu yang berharga didalamnya yang harusnya membuat kita ikut tumbuh


Untuk diri...

Terima kasih sudah melewati setiap inci waktu yang sudah berlalu

Rasanya tidak terlalu berlebihan jika menyebut dirimu sendiri itu hebat

Karena sanggup bertahan atas segala keadaan hidup yang kapan saja mampu membuatmu tumbang

Dan kini yang tertinggal hanya aku dengan banyaknya lebam, sendiri merangkul sepi


Kediri, 31 Oktober 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AKU INGIN SEMBUH DAN KEMBALI TUMBUH

HANYA KARENA INGIN MENGHILANGKAN SEBUAH RASA