TEMPAT UNTUK PULANG TAK MAMPU MELAYANGKAN SENDU


TEMPAT UNTUK PULANG TAK MAMPU MELAYANGKAN SENDU

Oleh : Mata Langit


Aku bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa

Aku hanya seseorang yang sedang berjuang

Dengan masalah mental dan emosional

Yang berkaitan dengan masalah kehidupan pribadi ku


Aku bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa

Aku hanya ingin terus berekspresi dan mengekspresikan semua hal yang aku alami 

Hanya untuk bertahan hidup

Hingga aku bisa bernafas


Jika aku tidak melakukan itu

Aku seolah akan mati tercekik 

Karena banyaknya suara dalam pikiran dan hatiku yang tertahan

Suara-suara yang terus saja mengacaukan segalanya


Aku bukan apa dan siapa

Aku hanya sedang beradaptasi dengan lingkungan rumit

Yang seharusnya tidak ada aku didalamnya

Aku hanya ingin berdamai, tidak mau menyalahkan siapapun  atas apa yang aku derita


Aku berhenti mencari celah-celah salah

Tentang bagaimana aku bisa terjatuh begitu rapuh

Tentang bagaimana aku bisa terluka lalu kecewa

Dan tentang bagaimana aku bisa berdiri sampai detik ini


Telah cukup untukku bagian penyesalan yang terus diperlihatkan

Sudah terlalu lama aku dirundung ketakutan

Dan kamu pun tau, ketika aku mulai memikirkan soal hati

Aku tak bisa apa-apa, sudah terlalu rapuh untuk segala hal yang menyakitkan


Dalam gerimis yang masih berdendang aku harap badai lekas reda

Agar malam tak melantik gulita yang telah lama mengintai ku

Ada lelah yang mendekap saat malam meminta rebah pada badan

Hingga keheningan bagiku menjadi ricuh yang selalu bertanya perihal hilang yang tak mungkin kembali


Aku kira sunyi sudah cukup untuk aku meredam segala pikiran yang mengendap di kepala

Nyatanya malah semakin membuat aku tak bisa beristirahat dengan tenang

Gerimis pun seakan menyetujui atas perasaan yang sudah tak diingini

Akhirnya aku tenggelam, hingga aku lupa cara untuk kembali kepermukaan


Luka pun kembali terasa nyeri kurasakan

Bukankah kenyataanya masih ada banyak luka dihati Padahal katanya "waktu dapat menyembuhkan dengan sendirinya"

Seakan kata-kata itu hanya sebagai penenang dan tameng diri


Kemana dia yang dulu di anggap istimewa

Kemana dia yang pernah berjanji setia dan menjaga Hilang... Nyatanya hanya sebuah kiasan tanpa makna apa-apa

Pergi meninggalkan begitu banyak lebam


Haruskah aku menangis atau malah tertawa akan keadaan ini

Si bodoh yang tenggelam dalam makna cinta yang palsu Tulus yang aku kemas sempurna pun hanya kesia-siaan saja

Dan luka adalah pemenang dalam cerita yang aku tulis sendiri


Menjerat begitu kuat hingga aku tercekik dan mati atas perasaan yang tertinggal

Diam... Banyak orang bilang jika diam adalah emas

Namun bagiku diam tidak selalu emas

Ada diam yang nyatanya membuat cemas


Iya... Diam-diam menghilang tanpa alasan yang jelas

Dan aku harus menerima kenyataan bahwa diam mu adalah pamit tanpa ucapan

Aku saja yang tak peka atas sikap yang kau tunjukan

Dan pergi mu telah membuat aku tersadar, bahwa aku salah menaruh harap yang berlebih atas perasaan


Sudah banyak air mata yang deras terkuras

Hati yang pernah patah pun harus kembali mengulang

Lalu bisakah aku merasakan leganya kesembuhan dan bahagianya dipertemukan dengan orang yang tepat?

Ada semoga yang tersemat dalam dekap atas luka yang senantiasa bersahabat


Nanti, kamu akan merasakan berharganya seseorang ketika kamu mencarinya, namun sudah tidak menemukanya lagi

Nanti, kamu akan sadar, sudah kehilangan saat yang kamu genggam kemarin sudah benar-benar pergi

Nanti, kamu baru akan merindukan, saat jarak sudah lagi tak dapat didekat karena serindu apapun kamu padanya tak akan pernah lagi tersambut

Nanti, kamu akan mengerti arti kebersamaan saat perpisahan sudah menjadi keputusan karena ego yang kau tinggikan


Kamu akan tau arti dari sebuah ketulusan dan pengorbanan yang kau sia-sia kan

Dan kamu tau? 

Sesuatu yang sangat menyedihkan 

Adalah PENYESALAN dan tak bisa lagi MENGULANG


Hahaha huufftt


Ramai adalah sebait damai yang tak ingin dibuat usai Dalam gagap gempita sunyi turut bercerita tentang hampa yang tiada hentinya

Hingga tercipta sebuah duga bahwa tidak semua rumah bisa bersikap ramah

Begitupun saat segala kesah tak bisa dibuat merebah


Ada yang susah payah terpapah dalam gundah

Padahal kepahitan yang dikecapnya telah mengendap jadi keseharian dalam hidupnya

Serupa ilalang yang terbentang di luasnya Sabana tegapnya terpontang-panting deru angin disana

Ia tak temukan hangat dari dekap dedaunan di tiap batangnya, sebab hanya kokoh yang terlihat membuat harapnya tergugat


Lamat-lamat ada yang berubah menjadi serbuk debu yang tak dianggap wujudnya

Terapung dalam bingung dan terpencar hingga nanar Ternyata tempat untuk pulang yang terus saja berulang

Tak mampu melayangkan sendu hingga lenyap dan menghilang


Kediri, 2 Oktober 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AKU INGIN SEMBUH DAN KEMBALI TUMBUH

PERIHAL PATAH HATI TERSELUBUNG SALAH PAHAM

HANYA KARENA INGIN MENGHILANGKAN SEBUAH RASA